TIMES SIDOARJO, SIDOARJO – Pengurus Wilayah Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PW RMI NU) Jawa Timur menepis tudingan adanya praktik eksploitasi santri maupun penyalahgunaan bantuan di Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pasca musibah ambruknya bangunan pesantren tersebut.
Wakil Sekretaris PW RMI NU Jatim, Ahmad Firdausi, menjelaskan bahwa tradisi roan atau kerja bakti merupakan budaya khas pesantren yang telah berlangsung lama.
“Roan adalah bentuk gotong royong, bukan eksploitasi. Hampir semua pesantren punya tradisi ini, tidak hanya Al-Khoziny,” ujarnya dalam pertemuan di Kantor TV9 Surabaya, Kamis (2/10/2025).
Firdausi menambahkan, kiai dan nyai selalu memikirkan santrinya, bahkan hingga mereka wafat tetap didoakan melalui tahlil dan doa bersama.
“Ketaatan santri kepada guru adalah tradisi yang kuat di pesantren,” katanya.
Sebagai bentuk kepedulian, RMI NU Jatim akan menggelar salat ghaib, tahlil, dan doa bersama di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya pada 3 Oktober 2025. Kegiatan serupa juga dilakukan sejumlah pesantren di Jombang, Surabaya, hingga luar Jawa, bahkan sampai NTB, Kalimantan, dan Malaysia.
Bantuan Disalurkan Langsung ke Korban
RMI Jatim juga membantah isu bahwa bantuan masyarakat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pengasuh pesantren. Menurut Firdausi, pengasuh hanya menjadi perantara (wasilah), sementara seluruh bantuan telah disalurkan kepada korban, keluarga korban, dan masyarakat terdampak.
“Pengasuh tidak mengambil manfaat pribadi. Kami mendampingi langsung penyaluran bantuan di lapangan,” tegasnya.
Ia mencontohkan, keluarga pengasuh pesantren juga ikut mendampingi santri yang dirawat di rumah sakit hingga sembuh, bahkan membantu pemulangan jenazah korban asal Bangka Belitung.
“Keluarga korban sendiri menolak bantuan pemulangan karena merasa pesantren lebih membutuhkan dana untuk proses evakuasi dan rehabilitasi,” ungkap Firdausi.
Sekretaris NU Care LazisNU Jatim, Moch Rofi’i Boenawi, yang juga alumni Ponpes Al-Khoziny, menambahkan bahwa sejak 30 September pihaknya telah membuka posko mitigasi di lokasi. LazisNU bersama RMI dan NU di berbagai tingkatan mendirikan dapur umum, posko pengaduan, serta menggalang donasi masyarakat.
“Hingga Kamis (2/10), donasi yang masuk mencapai Rp160 juta dan sudah mulai didistribusikan untuk membantu korban maupun kebutuhan tim di lapangan,” jelas Rofi’i.
Ia menambahkan, proses evakuasi sudah dibantu dengan alat berat. “Pada 1 Oktober ditemukan lima korban selamat dan dua korban meninggal. Total korban selamat yang dirawat lebih dari 100 santri, sementara korban meninggal dunia ada lima orang,” ujarnya.
Dengan penegasan ini, RMI NU Jatim berharap masyarakat tidak lagi termakan isu soal eksploitasi santri maupun penyalahgunaan bantuan. Fokus utama saat ini, kata mereka, adalah memastikan seluruh korban mendapat penanganan terbaik dan proses evakuasi berjalan lancar. (*)
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |