TIMES SIDOARJO, SIDOARJO – ASQARA Research and Branding Consultant kini resmi berdiri di Kabupaten Sidoarjo. Lembaga riset yang digerakkan oleh anak-anak muda kreatif dari Kota Delta ini bertekad menjadi mitra strategis di berbagai sektor, mulai dari pemerintahan, politik legislatif, pemasaran digital, hingga dunia kreatif dan content creation.
Direktur ASQARA, Ardy Sugiono, menegaskan bahwa kehadiran ASQARA dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara harapan, realitas yang ada, dan target kebijakan yang hendak dicapai.
"Seringkali ada rantai yang belum terhubung antara keinginan dan kenyataan di lapangan. Kami hadir untuk menyajikan data dan memberikan solusi berbasis riset," ujarnya dalam peluncuran ASQARA, Kamis (5/6/2025).
Sebagai bentuk kontribusi awal, ASQARA langsung meluncurkan hasil kajian terhadap 100 hari kerja pertama Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo, Subandi dan Mimik Idayana. Kajian ini didasarkan pada riset lapangan yang dilakukan tim ASQARA.
"Kami ingin menjadi teman berpikir sekaligus pendukung pembangunan yang efektif. Melalui data, kami bantu memastikan program berjalan tepat sasaran," terang Ardy kepada TIMES Indonesia.
Menurutnya, ke-14 program unggulan pasangan Subandi-Mimik menjadi fokus utama pemantauan ASQARA. Program-program tersebut mencakup isu-isu strategis seperti pengangguran terbuka, kesejahteraan sosial, produktivitas ekonomi, pembangunan wilayah, hingga infrastruktur dan lingkungan hidup.
Dalam kajiannya, ASQARA menemukan berbagai indikator penting, mulai dari persoalan serius yang perlu diwaspadai hingga capaian yang patut diapresiasi. Salah satu sorotan utama adalah tingginya angka pengangguran di Sidoarjo.
"Pemkab menargetkan penciptaan 100.000 lapangan kerja baru. Namun persoalan pengangguran tidak hanya sebatas ketidakseimbangan supply dan demand tenaga kerja," ujar Ardy. Menurutnya, isu ini lebih kompleks, mencakup faktor sosiokultural, ketidaksesuaian keterampilan, sistem informasi kerja yang belum optimal, serta tantangan persaingan antara tenaga kerja lokal dan dari luar daerah.
Ia menambahkan, pada tahun 2024 jumlah pengangguran terbuka di Sidoarjo telah mencapai sekitar 76 ribu orang. Di sisi lain, jumlah lulusan SMA/SMK tiap tahun terus bertambah. Berdasarkan data Dapodik, jumlah siswa SMA/SMK di tahun 2025 diperkirakan mencapai 77 ribu, dengan sekitar sepertiganya atau 25 ribu merupakan siswa kelas XII yang akan segera lulus.
"Jika sekitar 12-13 ribu dari mereka masuk pasar kerja tiap tahun, maka dalam lima tahun akan ada tambahan sekitar 60-65 ribu pencari kerja baru. Ini belum termasuk lulusan perguruan tinggi dan pekerja dari luar daerah," jelasnya.
Karena itu, Ardy menekankan perlunya pendekatan struktural yang mencakup perbaikan sistem pendidikan, peningkatan adaptasi teknologi, penguatan daya saing, inovasi, dan keterhubungan dengan dunia usaha.
ASQARA juga menyoroti hasil pengukuran Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) Tahun 2024 dari BRIN yang memberi alarm peringatan bagi Sidoarjo. Dari 12 pilar IDSD, Sidoarjo hanya unggul di empat pilar: adopsi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), kesehatan, pasar produk, dan pasar tenaga kerja. Satu pilar lainnya, yakni ukuran pasar, memiliki skor yang setara dengan rata-rata Jawa Timur. Namun, tujuh pilar lainnya masih tertinggal, seperti infrastruktur, institusi, stabilitas ekonomi makro, keterampilan, sistem keuangan, dinamika bisnis, dan inovasi.
“Untuk bersaing di level Jawa Timur saja kita masih tertinggal. Padahal Sidoarjo adalah wilayah yang sangat strategis. Kita harus mampu mengoptimalkan keunggulan komparatif sekaligus meningkatkan daya saing,” pungkas Ardy.
Ia berharap 14 program unggulan Subandi-Mimik dapat menjadi jawaban atas berbagai persoalan fundamental yang dihadapi Kabupaten Sidoarjo saat ini. (*)
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |