TIMES SIDOARJO, SURABAYA – Industri daur ulang sampah kertas di Tulungagung, PT Setia Kawan Sejahtera melakukan penandatangan kerjasama Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap 1,59 Megawatt Peak (MWp) dengan PT Investasi Hijau Selaras dengan investasi sebesar Rp 20 miliar.
Penandatanganan dilakukan oleh Kepala Produksi PT Setia Kawan Sejahtera Calvin Handoko yang mewakili Direktur PT Setia Kawan Makmur Sejahtera William Djunaidy dengan Direktur PT Investasi Hijau Selaras, Thio Ariyanto di Tulungagung, Jawa Timur.
Kepada TIMES Indonesia, Calvin Handoko mengungkapkan sejak didirikan sekitar 30-40 tahun yang lalu, PT Setia Kawan Makmur Sejahtera memang memiliki komitmen kuat menjadi industri ramah lingkungan dengan mengolah sampah kertas menjadi produk yang bernilai jual.
Dalam setiap bulan, industri ini rata-rata membeli sampah kertas dari pengepul di Jawa Timur dan Jawa Tengah rata-rata sekitar 50.000 ton per bulan yang diolah menjadi produk kertas yang siap jual. Industri ini merupakan kegiatan yang eco friendly sebab benar-benar memperhatikan isu dunia yang saat ini sedang ramai dan perlu diperhatikan.
Pembangunan PLTS Atap ini menunjukkan komitmen Setia Kawan Makmur Sejahtera terhadap isu go green atau industri hijau yang lebih sustainable dan bagaimana mendapatkan renewable energi dan di waktu yang sama menjadi pabrik yang lebih efisien.
“Juga merupakan bentuk partisipasi kami lebih lanjut dalam pengembangan Environmental, Social, and Governance (ESG). Ini adalah citra yang bagus bagi perusahaan kami di mata dunia, bahwa pabrik Setia Kawan Tulungagung sudah berfikir modern. Sebab di luar negeri, industri sudah berfikir kesana semua. Kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia juga bergerak mendorong terciptanya industri hijau,” kata Calvin, Rabu (29/5/2024)
Calvin mengungkapkan, jika PLTS Atap yang dibangun adalah murni inisatif perusahaan dan bukan karena adanya persyaratan dalam menjual produk kertas yang dihasilkan. Energi yang dihasilkan PLTS Atap ini nantinya akan digunakan untuk kebutuhan sendiri dan tidak dijual ke luar.
“Perhitungan kami, PLTS Atap berkapasitas 1,59 MWp tersebut bisa menggantikan 5-10% energy listrik dari PLN yang biasanya kami gunakan,” ungkapnya.
Menurut Calvin, pasca PLTS Atap beroperasi, maka secara otomatis pasokan listrik dari PLN akan berkurang dan akan mengurangi beban biaya listrik, juga beban PLN untuk memberikan listrik pada pabrik Setia Kawan.
“Kebutuhan listrik kami cukup besar karena pabrik ini merupakan pabrik terbesar di Tulungagung yang disuplai PLN Kediri. UP3 PLN sangat support, pemerintah daerah juga sangat senang sekali dalam program PLTS,” ujar Calvin.
Sementara Direktur PT Investasi Hijau Selaras, Thio Ariyanto mengungkapkan pembangunan PLTS Atap menunggu ijin keluar dari PLN. Saat ini menurut peraturan pemerintah yang ada, ijin PLN akan dikeluarkan di bulan Juni.
“Jadi kami berharap PLN memberikan support kepada kami dengan mengeluarkan ijin di bulan Juni. Setelah penandatanganan ini kami akan mendatangi PLN UP3 Kediri untuk memasukkan Surat permohonan pembangunan PLTS Atap di PT Setia Kawan Sejahtera Makmur. Setelah itu baru pembangunan dilakukan,” terang Thio Ariyanto
Ia memperkirakan, pembangunan akan membutuhkan waku sekitar 5-6 bulan dan PLTS Atap sudah mulai beroperasi di bulan Desember. PLTS Atap dibangun di atap pabrik dengan luas sekitar 1,5 hektar dengan jumlah 3.400 panel Surya. Luasan ini masih dimungkinkan untuk dikembangkan lagi.
“Ini adalah projek pertama kali di Tulungagung. Harapannya akan semakin banyak industri lain di Kediri dan Tulungagung yang mengikuti jejak Setia Kawan,” paparnya.
Saat ini, lanjutnya, industri yang menggunakan panel surya di seluruh Indonesia sudah semakin banyak seiring gencarnya isu global warming dan ekonomi hijau.
“Kami tengah menggarap konstruksi untuk 10 proyek PLTS Atap yang berlokasi di Sumatra, Jawa hingga Bali. Sementara Jatim sampai sekarang ada sekitar 5 industri yang telah menggunakan jasa kami,” terang Thio
Lebih lanjut, Thio Ariyanto menegaskan jika ada banyak alasan industri mau berinvestasi dalam membangun PLTS Atap, diantarnya adanya kewajiban yang harus dipenuhi karena ketika menjual produknya harus ada program EBT. Juga ada yang untuk mengangkat citra industrinya di mata masyarakat mengingat perusahaan tersebut berstatus Tbk. Dan ada juga yang bertujuan penghematan.
“Tetapi yang terbanyak adalah karena dorongan global. Semua tahu bahwa global warming adalah isu yang dihadapi semua orang dan semua orang berupaya memberikan sumbangsih mengurangi emisi yang diproduksi,” pungkasnya.(*)
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Irfan Anshori |