TIMES SIDOARJO, SIDOARJO – Di bawah terik mentari pagi, di sebuah lapangan sederhana, bendera merah putih perlahan naik dengan bantuan cagak kayu yang kokoh. Tak ada tiang megah dari baja, tak ada iringan musik marching band. Namun, justru dari kesederhanaan itulah makna kemerdekaan terasa begitu nyata.
Sebanyak 22 peserta Pelatihan Kader Lanjut (PKL) PC PMII Sidoarjo berdiri tegap. Keringat bercucuran, namun semangat mereka tak surut. Gerak yang padu, tatapan yang tegas, seolah menyampaikan pesan bahwa generasi muda PMII siap melanjutkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
“Kita hari ini sedang diperlihatkan bahwa pahlawan betul-betul ada dan jasanya nyata, yakni kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Indonesia,” kata Putri Maulidina, Ketua PC PMII Sidoarjo, yang memimpin jalannya upacara. Sosok perempuan berkarisma itu bukan hanya menjadi pembina upacara, tapi juga simbol bahwa perjuangan tak mengenal batas gender.
Lapangan kecil tempat upacara seakan dipenuhi warna biru. Jas almamater PMII yang dikenakan para kader menjadi penanda kebanggaan, berpadu dengan merah putih yang berkibar sederhana namun anggun.
Kesetaraan terlihat nyata. Baik laki-laki maupun perempuan berbagi peran sebagai petugas upacara, menegaskan bahwa perjuangan kemerdekaan adalah milik semua anak bangsa.
Putri menegaskan, peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia bukan sekadar seremoni. Lebih dari itu, ini momentum untuk menyalakan kembali api juang.
“PMII harus menjadi penggerak masa depan baru Indonesia yang sejahtera,” ucapnya lantang, menyalakan semangat para peserta, Minggu (17/8/2025).
Ia pun mengingatkan bahwa PKL yang digelar bertepatan dengan hari kemerdekaan menjadi momen berharga. Bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk mengikat jiwa pejuang dalam diri setiap kader.
“Disini kita akan menguatkan mental untuk berjuang dan menjadi pelopor. Maka ikutilah dengan baik peraturan selama proses pelatihan ini,” pesannya.
Upacara itu mungkin tampak sederhana bagi orang luar. Namun bagi kader PMII, setiap detik yang dijalani pagi itu adalah pengingat tentang betapa berharganya kemerdekaan. Sebuah kemewahan yang diraih dengan darah dan air mata para pahlawan.
Dari lapangan sederhana dengan cagak kayu penyangga bendera, lahirlah kesadaran bahwa kemerdekaan tidak hanya diwarisi, tetapi juga harus dijaga, diisi, dan diperjuangkan ulang oleh generasi hari ini.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |